Selasa, 02 Agustus 2011

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GAGAL GINJAL KRONIS




A.    DEFINISI
1.      Gagal ginjal kronik (GGK) biasanya akibat akhir dari kehilangan fungsi ginjal lanjut secara bertahap (Doenges, 1999; 626).
2.      Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit,menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah). (Brunner & Suddarth, 2001; 1448).
3.      Gagal ginjal kronik merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif dan lambat,biasanya berlangsung beberapa tahun. (Price, 1992; 812).
4.      Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah progresif dan irreversible dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga terjadi uremia. (SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1448).

B.     ETIOLOGI
1.      Diabetus mellitus
2.      Glumerulonefritis kronis
3.      Pielonefritis
4.      Hipertensi tak terkontrol
5.      Obstruksi saluran kemih
6.      Penyakit ginjal polikistik
7.      Gangguan vaskuler
8.      Lesi herediter
9.      Agen toksik (timah, kadmium, dan merkuri)
( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1448)

C.     PATOFISIOLOGI
1.       Penurunan GFR
Penurunan GFR dapat dideteksi dengan mendapatkan urin 24 jam untuk pemeriksaan klirens kreatinin. Akibt dari penurunan GFR, maka klirens kretinin akan menurun, kreatinin akan meningkat, dan nitrogen urea darah (BUN) juga akan meningkat.
2.       Gangguan klirens renal
Banyak masalah muncul pada gagal ginjal sebagai akibat dari penurunan jumlah glumeruli yang berfungsi, yang menyebabkan penurunan klirens (substansi darah yang seharusnya dibersihkan oleh ginjal)
3.       Retensi cairan dan natrium
Ginjal kehilangan kemampuan untuk mengkonsentrasikan atau mengencerkan urin secara normal. Terjadi penahanan cairan dan natrium; meningkatkan resiko terjadinya edema, gagal jantung kongestif dan hipertensi.
4.       Anemia
Anemia terjadi sebagai akibat dari produksi eritropoetin yang tidak adequate, memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecenderungan untuk terjadi perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran GI.
5.       Ketidakseimbangan kalsium dan fosfat
Kadar serum kalsium dan fosfat tubuh memiliki hubungan yang saling timbal balik, jika salah satunya meningkat, yang lain akan turun. Dengan menurunnya GFR, maka terjadi peningkatan kadar fosfat serum dan sebaliknya penurunan kadar kalsium. Penurunan kadar kalsium ini akan memicu sekresi paratormon, namun dalam kondisi gagal ginjal, tubuh tidak berespon terhadap peningkatan sekresi parathormon, akibatnya kalsium di tulang menurun menyebabkan perubahan pada tulang dan penyakit tulang.
6.       Penyakit tulang uremik(osteodistrofi)
Terjadi dari perubahan kompleks kalsium, fosfat, dan keseimbangan parathormon.
(SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1448)

D.     MANIFESTASI KLINIK
1.      Kardiovaskuler
-           Hipertensi
-           Pitting edema
-           Edema periorbital
-           Pembesaran vena leher
-           Friction rub perikardial
2.      Pulmoner
-           KrekelS
-           Nafas dangkal
-           Kusmaul
-           Sputum kental dan liat
3.      Gastrointestinal
-           Anoreksia, mual dan muntah
-           Perdarahan saluran GI
-           Ulserasi dan perdarahan pada mulut
-           Konstipasi / diare
-           Nafas berbau amonia
4.      Muskuloskeletal
-           Kram otot
-           Kehilangan kekuatan otot
-           Fraktur tulang
-           Foot drop
5.      Integumen
-           Warna kulit abu-abu mengkilat
-           Kulit kering, bersisik
-           Pruritus
-           Ekimosis
-           Kuku tipis dan rapuh
-           Rambut tipis dan kasar
6.      Reproduksi
-           Amenore
-           Atrofi testis
( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1450)

E.     PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.      Urin
-          Volume: biasanya kurang dari 400ml/24 jam atau tak ada (anuria)
-          Warna: secara abnormal urin keruh kemungkinan disebabkan oleh pus, bakteri, lemak, fosfat atau urat sedimen kotor, kecoklatan menunjukkkan adanya darah, Hb, mioglobin, porfirin
-          Berat jenis: kurang dari 1,010 menunjukkan kerusakan ginjal berat
-          Osmoalitas: kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan ginjal tubular dan rasio urin/serum sering 1:1
-          Klirens kreatinin: mungkin agak menurun
-          Natrium:lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak mampu mereabsorbsi natrium
-          Protein: Derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat menunjukkkan kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen juga ada
2.      Darah
-          BUN/ kreatinin: meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl diduga tahap akhir
-           Hb biasanya kurang dari 7-8 gr/dl
-          GDA:asidosis metabolik, ph  kurang dari 7,2
-          Natrium serum : rendah,
-          Adanya penurunan kalsium, protein (albumin), SDM (Defisiensi eritropoitin), Hematokrit karena adanya anemia.
-          Adanya peningkatan Kalium, magnesium
3.      Osmolalitas serum: lebih dari 285 mOsm/kg
4.      Pelogram retrograd: abnormalitas pelvis ginjal dan ureter
5.      Ultrasono ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya masa , kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas
6.      Endoskopi ginjal, nefroskopi: untuk menentukan pelvis ginjal, keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif
7.      Arteriogram ginjal: mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi ekstravaskular, masa
8.      EKG: ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa
(Doenges, E Marilynn, 2000, hal 628- 629)

F.      PENATALAKSANAAN
1.       Dialisis
2.       Obat-obatan: anti hipertensi, suplemen besi, agen pengikat fosfat, suplemen kalsium, furosemid
3.       Diit rendah uremi
(SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1449)

G.    KOMPLIKASI
1.       Hiperkalemia
2.       Perikarditis, efusi perikardialdan tamponade jantung
3.       Hipertensi
4.       Anemia
5.       Penyakit tulang
( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1449)

H.     FOKUS PENGKAJIAN
1.      Aktifitas /istirahat
Gejala :
-          Kelelahan ekstrem, kelemahan malaise
-          Gangguan tidur (insomnis/gelisah atau somnolen)
Tanda : Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
2.      Sirkulasi
Gejala :
-       Riwayat hipertensi lama atau berat
-       Palpitasi, nyeri dada (angina)
            Tanda :
-          Hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada kaki, telapak tangan
-          Disritmia jantung
-          Nadi lemah halus, hipotensi ortostatik
-          Friction rub pericardial
-          Pucat pada kulit
-           Kecenderungan perdarahan
3.      Integritas ego
Gejala :
-          Faktor stress contoh finansial, hubungan dengan orang lain
-          Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekakuan
Tanda :
-          Menolak, ansietas, takut, marah, mudah terangsang, perubahan kepribadian
4.      Eliminasi
Gejala :
-          Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria ( gagal tahap lanjut)
-          Abdomen kembung, diare, atau konstipasi
Tanda :
-          Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat,   berawan
-           Oliguria, dapat menjadi anuria
5.      Makanan/cairan
Gejala :
-          Peningkatan BB cepat (edema), penurunan BB (malnutrisi)
-          Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada mulut ( pernafasan amonia)
Tanda :
-          Distensi abdomen/ansietas, pembesaran hati (tahap akhir)
-          Perubahan turgor kuit/kelembaban
-          Edema (umum,tergantung)
-          Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah
-          Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak bertenaga
6.      Neurosensori
Gejala :
-          Sakit kepala, penglihatan kabur
-          Kram otot/kejang, sindrom kaki gelisah, kebas rasa terbakar pada telapak kaki
-          Kebas/kesemutan dan kelemahan khususnya ekstrimitasbawah (neuropati perifer)
Tanda :
-          Gangguan status mental, contohnya penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma
-          Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang
-          Rambut tipis, kuku rapuh dan tipis
7.      Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyei panggul, sakit kepala,kram otot/nyeri kaki
Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah 
8.      Pernapasan
Gejala : Nafas pendek, dispnea nokturnal paroksismal, batuk dengan/tanpa Sputum
Tanda :
-          Takipnea, dispnea, pernapasan kusmaul
-          Batuk produktif dengan sputum merah muda encer (edema paru)
9.      Keamanan
Gejala : Kulit gatal, ada/berulangnya infeksi
Tanda : Pruritus, demam (sepsis, dehidrasi)
10.  Seksualitas
Gejala : Penurunan libido, amenorea,infertilitas
11.  Interaksi sosial
Gejala :
-          Kesulitan menurunkan kondisi, contoh tak mampu bekerja, mempertahankan fungsi peran dalam keluarga
12.  Penyuluhan
-          Riwayat DM keluarga (resti GGK), penyakit pokikistik, nefritis herediter, kalkulus urinaria
-          Riwayat terpajan pada toksin, contoh obat, racun lingkungan
-          Penggunaan antibiotik nr\efrotoksik saat ini/berulang
(Doenges, E Marilynn, 2000, hal 626- 628)

I.        DIAGNOSA DAN INTERVENSI KEPERAWATAN
1.      Kelebihan volume cairan b.d penurunan kemampuan ginjal untuk mengeluarkan air dan menahan natrium
Hasil yang diharapkan :
-          Masukan dan haluaran seimbang
-          Berat badan stabil
-          Bunyi nafas dan jantung normal
-          Elektrolit dalam batas normal
Intervensi:
§  Pantau balance cairan/24 jam
§  Timbang BB harian
§  Pantau peningkatan tekanan darah
§  Monitor elektrolit darah
§  Kaji edema perifer dan distensi vena leher
§  Batasi masukan cairan

2.      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b.d edema sekunder : volume cairan tidak seimbang oleh Karena retensi Na dan H2O.
Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan dengan
Kriteria hasil : tidak ada edema, keseimbangan antara input dan output
Intervensi:
a.        Kaji status cairan dengan menimbang BB perhari, keseimbangan masukan dan haluaran, turgor kulit tanda-tanda vital
b.        Batasi masukan cairan
       R: Pembatasan cairan akn menentukan BB ideal, haluaran urin, dan respon terhadap terapi
c.        Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan
       R: Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam   pembatasan cairan
d.      Anjurkan pasien / ajari pasien untuk mencatat penggunaan cairan terutama pemasukan dan haluaran
R: Untuk mengetahui keseimbangan input dan output

3.      Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual dan muntah
Tujuan : Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat
Kriteria hasil : Pasien dapat mempertahankan status nutrisi yang adekuat yang dibuktikan dengan BB dalam batas normal, albumin, dalam batas normal
Intervensi:
a.        Kaji status nutrisi dan pola diit nutrisi
R: Mengidentifikasi kekurangan nutrisi
b.        Perhatikan adanya mual dan muntah
R: Gejala yang menyertai akumulasi toksin endogen yang dapat mengubah atau menurunkan pemasukan dan memerlukan intervensi
c.        Berikan makanan sedikit tapi sering
R: Porsi lebih kecil dapat meningkatkan masukan makanan
d.       Tingkatkan kunjungan oleh orang terdekat selama makan dan ciptakan lingkungan yang mnyenangkan selama makan.
R: Memberikan pengalihan dan meningkatkan aspek social
e.        Berikan perawatan mulut
R: Menurunkan ketidaknyamanan stomatitis oral dan rasa tak disukai dalam mulut yang dapat mempengaruhi masukan makanan
f.         Timbang berat badan setiap hari
R: Untuk mengetahui perkembangan status gizi klien.

4.      Perubahan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi sekunder: kompensasi melalui alkalosis respiratorik.
Tujuan: Pola nafas kembali normal / stabil
Intervensi:
a.       Auskultasi bunyi nafas, catat adanya crakles
R: Menyatakan adanya pengumpulan secret
b.      Ajarkan pasien batuk efektif dan nafas dalam
R: Membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran O2
c.       Atur posisi senyaman mungkin
R: Mencegah terjadinya sesak nafas
d.      Batasi untuk beraktivitas
R: Mengurangi beban kerja dan mencegah terjadinya sesak atau hipoksia

5.      Intoleransi aktifitas b.d anemia, oksigenasi jaringan tidak adekuat, keletihan.
Tujuan: Pasien dapat meningkatkan aktivitas yang dapat ditoleransi
Kriteria hasil:
Pasien mendemonstrasikan peningkatan aktivitas yang dibuktikan dengan pengungkapan tentang berkurangnya kelemahan dan dapat beristirahat secara cukup dan mampu melakuakan kembali aktivitas sehari-hari yang memungkinkan
Intervensi:
§  Kaji faktor yang menimbulkan keletihan
§  Tingkatkan kemandirian dalam aktifitas perawatan diri yang dapat ditoleransi, bantu jika keletihan terjadi
§  Anjurkan aktifitas alternatif sambil istirahat
§  Anjurkan untuk beristirahat setelah dialisis
§  Beri semangat untuk mencapai kemajuan aktivitas bertahap yang dapat ditoleransi
§  Kaji respon pasien untuk peningkatan aktivitas

6.      Perubahan integritas kulit b.d uremia, edema, pruritis.
Tujuan: Integritas kulit dapat terjaga dengan
Kriteria hasil : Mempertahankan kulit utuh, hangat, kering dan turgor baik
Menunjukan perilaku / teknik untuk mencegah kerusakan kulit
   Intervensi:
a.       Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor, vaskuler, perhatikan kadanya kemerahan.
R: Menandakan area sirkulasi buruk atau kerusakan yang dapat menimbulkan pembentukan dekubitus / infeksi.
b.      Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa
R: Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan
c.       Inspeksi area tergantung terhadap udem
R: Jaringan udem lebih cenderung rusak / robek
d.      Ubah posisi sesering mungkin
R: Menurunkan tekanan pada udem , jaringan dengan perfusi buruk untuk menurunkan iskemia
e.       Berikan perawatan kulit
R: Mengurangi pengeringan , robekan kulit
f.          Pertahankan linen kering
R: Menurunkan iritasi dermal dan risiko kerusakan kulit
g.      Anjurkan pasien menggunakan kompres lembab dan dingin untuk memberikan tekanan pada area pruritis
R: Menghilangkan ketidaknyamanan dan menurunkan risiko cedera
h.      Anjurkan memakai pakaian katun longgar
R: Mencegah iritasi dermal langsung dan meningkatkan evaporasi lembab pada kulit

7.      Resiko terhadap infeksi b.d depresi sistem imun, anemia
Hasil yang diharapkan:
-          pasien tetap terbeba dari infeksi lokal maupun sitemik dibuktikan dengan tidak ada pana/demam atau leukositosis, kultur urin, tidak ada inflamasi
Intervensi :
-          Pantau dan laporkan tanda-tanda infeksi seperti demam,leukositosis, urin keruh, kemerahan, bengkak
-          Pantau TTV
-          Gunakan tehnik cuci tangan yang baik dan ajarkanpada pasien
-          Pertahankan integritas kulit dan mukosa dengan memberiakan perawatan kulit yang baik dan hgiene oral
-          Jangan anjurkan kontak dengan orang yang terinfeksi
-       Pertahankan nutrisi yang adekuat

8.      Kurang pengetahun b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit, gagal ginjal, perawatan dirumah dan instruksi evaluasi
Hasil yang diharapkan:
-          Pasien dan orang terdekat dapat mengungkapkan, mengerti tentang gagal ginjal, batasan diet dan cairan dan rencana kontrol, mengukur pemasukan dan haluaran urin.
Intervensi:
-          Instruksikan pasien untuk makan makanan tinggi karbohidrat, rendah protein, rendah natrium sesuai pesanan dan hindari makanan yang rendah garam
-          Ajarkan jumah cairan yang harus diminum sepanjang hari
-          Ajarkan pentingnya dan instrusikan pasien untuk mengukur dan mencatat karakter semua haluaran (urin, muntah)
-          Ajarkan nama obat,dosis, jadwal,tujuan serta efek samping
-          Ajarkan pentignya rawat jalan terus menerus
(Tucker M, Susan dkk,1998, 585-567)








DAFTAR PUSTAKA


Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Doenges E, Marilynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC.
Long, B C. 1996. Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan.
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. 1995. Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta : EGC.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar